Scistosomiasis atau disebut juga demam keong merupakan penyakit parasitik yang disebabkan oleh infeksi cacing yang
tergolong dalam genus Schistosoma.
Di Indonesia Schistosomiasis mulai dikenal sejak
tahun 1935 oleh Dr. Brug dan Tesch, sedangkan hospes perantara sejenis keong
amphibi (Oncomelania Hupensis Lindoensis)
baru diketahui pertama kali tahun 1972. Penyebab Schistosomiasis di Indonesia
adalah Schistosoma Japonicum, Schistosomiasis yang sebelumnya terbatas ditemukan di Dataran Tinggi Lindu dan Dataran Tinggi Napu kenyataannya sudah berkembang ke daerah yang baru akibat terbukanya akses ke daerah tersebut,
dimana telah ditemukan focus keong dan kasus schistosomiasis di daerah Bada
(Kecamatan Lore Barat).
Masalah schistosomiasis cukup kompleks karena untuk melakukan pemberantasan harus melibatkan banyak
faktor, dengan demikian pengobatan
masal tanpa diikuti
oleh pemberantasan
hospes perantara tidak akan mungkin
menghilangkan penyakit tersebut untuk waktu yang lama, lebih lagi schistosomiasis di Indonesia merupakan penyakit zoonosis sehingga sumber penular tidak hanya pada penderita
manusia
saja
tetapi semua
hewan mamalia yang terinfeksi.
Sebelum
kegiatan pemberantasan dilakukan prevalensi rate penyakit Schistosomiasis cukup
tinggi yaitu rata – rata prevalensi 37 % dengan manifestasi klinis menonjol
(sindrom disentri, hepato - splenomegali, perut membuncit, acites, icterus, dan
anemia) dan banyak penduduk yang menjadi korban penyakit ini. Pada tahun 1988
prevalensi penyakit pada manusia sudah jauh menurun sampai rata – rata 1 – 2 %.
Pada tahun 2001 – 2004 diadakan program pemberantasan terpadu schistosomiasis
di dataran tinggi Napu dan Lindu dengan bantuan dana dari ADB. Prevalensi rate penyakit
Schistosomiasis di Kabupaten Poso tahun 2001 sebesar 1 %, tahun 2002 sebesar 0,7
%, tahun 2003 0,7 % dan pada tahun 2004 sebesar 0,7 %. Pada tahun – tahun
berikutnya prevalensi schistosomiasis cenderung meningkat dan bahkan
ditemukannya focus keong baru dan penderita di daerah lembah Bada ( kecamatan
Lore Barat ), berdasarkan data survey tinja yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Poso dalam tiga tahun terakhir didapatkan prevalensi rate penyakit
Schistosomiasis tahun 2010 dari 4 kecamatan ( 17 desa ) yang di survey terdapat
500 orang positif schistosomiasis dengan prevalensi rate sebesar 4,7 %, tahun
2011 dari 2 kecamatan (9 desa) yang di survey terdapat 163 orang positif
schistosomiasis dengan prevalensi rate sebesar
2,1 % dan tahun 2012 dari 2 kecamatan ( 7 desa ) yang di survey terdapat
78 orang positif schistosomiasis dengan prevalensi rate sebesar 1,5 %.
Kegiatan
program pemberantasan Schistosomiasis dilakukan dari tahun ke tahun berdasarkan
anggaran yang tersedia, kegiatan tersebut terdiri dari survei tinja, survey
keong, survey tikus, pengobatan penduduk, pemberantasan keong dan pengamatan penyakit.
Penyebab Schistosomiasis yang ada di
Kabupaten Poso adalah Schistosoma Japonicum, sama dengan Schistosoma yang
ditemukan di Cina, Jepang dan Philipina.
Kegiatan - kegiatan penemuan kasus, pencegahan dan pemberantasan penyakit Schistosomiasis terus dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah dan Pemerintah Pusat (Kementerian Kesehatan), Berikut sebagian dokumentasi kegiatan - kegiatan yang telah dilakukan :
Kegiatan Survey Tinja di Desa Lengkeka Kecamatan Lore Barat
Kegiatan Pencarian Folus Baru Keong Oncomelania Hupensis Lindoensis
di Desa Lelio Kecamatan Lore Barat
Kegiatan Survey Keong Oncomelania Hupensis Lindoensis di Desa Lengkeka Kecamatan Lore Barat
Kegiatan Survey Tikus di Desa Kageroa Kecamatan Lore Barat
Cacing Schistosoma Japonicum (Jantan dan Betina) pada tikus di daerah fokus keong Oncomelania HL
di desa Lengkeka Kecamatan Lore Barat
Sercaria yang ditemukan pada keong Oncomelania HL di desa Lengkeka Kecamatan Lore Barat